Filsafat dalam
bahasa Indonesia adalah resapan dari bahasa arab “falsafah”, sedangkan falsafah dalam bahasa arab berasal dari
bahasa yunani “filosofia”. Filosofia
adalah kata majemuk yang berasal dari kata “filo”
dan “sofia”. Filo artinya cinta
dalam arti yang seluas – luasnya, dan sofia yang artinya kebijaksanaan. Jadi,
filosofia berarti ingin tahu yang mendalam, atau cinta kepada kebijaksanaan.
Lalu bagaimanakah pandangan Al – Qur’an dan As – Sunnah tentang filsafat atau
falsafah atau filosofia tersebut?.
Menurut salah
satu filosof Islam yaitu al-Kindi, filsafat merupakan pengetahuan tentang
hakikat segala sesuatu yang mengandung teologi (al – rububiyah), ilmu Tauhid,
etika, dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Al-Kandi mengarahkan
filsafat Islam ke arah persesuaian antara filsafat dan agama. Filsafat
berlandaskan pikiran, sedangkan agama berdasarkan wahyu. Logika adalah model
filsafat, sedangkan iman yang merupakan kepercayaan kepada hakikat-hakikat adalah
jalan agama. Walaupun dia adalah filosof namun dia berpendirian bahwa hujjah –
hujjah Al – Qur’an sangat menyakinkan, jelas, dan menyeluruh, sehingga dapat
menimbulkan kepastian dan keyakinan. Karena itu, Al – Qur’an lebih mengungguli
dalil – dalil yang dikemukakan para filosof.
Sebenarnya Al –
Qur’an mendukung adanya filsafat yang ditandai dengan adanya ayat – ayat Al –
Qur’an yang menyuruh manusia untuk menggunakan logikanya untuk berpikir dan
berenung. Berikut adalah sebagian dari ayat – ayat Al – Qur’an nya yang
menganjurkan :
“Tidakkah mereka perhatikan di atas mereka bagaimana
ia Kami menjadikan serta hiasi dan tiada celah – celah padanya? Dan bumi Kami
bentangkan serta letakkan di atasnya gunung – gunung dan Kami tumbuhkan
padanya dari tiap pasangan yang indah?”.
(Q.S.50:6-7).
“ Maka hendaklah manusia merenungkan dari apa ia
diciptakan, ia diciptakan dari air yang ditumpahkan yang keluar dari antara
tulang punggung dan tulang rusuk”. (Q.S.86:5:7).
“Tuhanlah yang membuat laut bagimu tunduk agar
padanya kapal – kapal berlayar atas perintah-Nya dan kamu cari karunia-Nya,
semoga kamu berterima kasih. Ia buat segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi tunduk bagimu, semuanya adalah dari pada-Nya, padanya sungguh
terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berpikir”. (Q.S.45:12-13).
Ayat – ayat
tersebut mengandung perintah agar manusia memperhatikan, merenungkan dan
memikirkan tentang segala sesuatu, diantaranya adalah langit, pencipta manusia,
laut yang dapat dilayari dan sebagainya. Dengan demikian Al – Qur’an
memerintahkan kepada manusia agar mempelajari filsafat, karena manusia harus
membuat spekulasi atas alam raya ini dan merenungkan segala sesuatu yang ada.
Rasulallah SWA
juga menganjurkan untuk berpikir dengan logika, seperti yang ada dalam
percakapan Rasulallah ini dengan sahabat Nabi :
“Atas apa saya
harus mendasarkan pertimbangan dan keputusan saya?”
“Atas Al –
Qur’an.”
“Dan jika Al –
Qur’an tidak mengatakan apa – apa?”
“Atas Sunnah”
“Dan jika Sunnah
tidak mengatakan apa – apa?”
“Atas Ijma’
(kesepakatan) para sahabat.”
“Dan jika mereka
tidak mengatakan apa – apa?”
“Atas akal –
budimu sendiri.”
Dalam percakapan
ini beliau mengatakan “Atas akal – budimu sendiri”. Dengan demikian beliau
menyuruh kita untuk berpikir bilamana kita sudah tidak ada lagi panduan akan
sesuatu.
Selain dari
percakapan lain kita juga sering mendengar As – Sunnah yang menganjurkan kita
untuk belajar atau menggali ilmu untuk kebenaran. Misalnya “Tuntutlah ilmu
walau sampai ke negeri Cina”.
Jika dikaitkan
dengan artikel yang berjudul “Hedonisme dan Kerapuhan Karakter Bangsa” maka
dapat dikatakan mereka yang melakukan hedonisme tidak banyak berpikir akan
adanya Tuhan. Mereka tidak berpikir untuk apa rezeki yang diberikan Allah kepadanya.
Seharusya mereka dapat berpikir bahwa rezeki yang mereka dapat sesungguhnya
dari Allah dan dipergunakan untuk kebaikan akan mereka, bukan untuk berpoya – poya
dengan menghambur – hamburkan harta mereka. Lain lagi yang sebagian meraka
merahi harta mereka dengan cara yang salah dan itu sangat dilarang oleh agama.
Dengan demikian,
seharusnya mereka mulai berpikir untuk berbuat baik. Mereka diberi harta lebih mudah
sebenarnya untuk mendapat pahala bila menggunakan hartanya dengan baik
dibandingkan dengan orang yang tidak punya harta. Tetapi mereka yang mempunyai
harta lebih banyak besar godaan untuk berbuat dosa juga. Oleh karena itu,
mereka harus sadar bahwa ada Allah SWT dan bahwa kehidupan tidak abadi maka
gunakanlah harta dan prilaku kita sebaik – baiknya agar tidak menyesal nanti di
akhirat yang maha kekal. Kembalilah kejalan kebenaran yaitu jalan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar