Laman

Sabtu, 20 Oktober 2012

Prespektif Al – Qur’an dan As – Sunnah tentang Filsafat



               Filsafat dalam bahasa Indonesia adalah resapan dari bahasa arab “falsafah”, sedangkan falsafah dalam bahasa arab berasal dari bahasa yunani “filosofia”. Filosofia adalah kata majemuk yang berasal dari kata “filo” dan “sofia”. Filo artinya cinta dalam arti yang seluas – luasnya, dan sofia yang artinya kebijaksanaan. Jadi, filosofia berarti ingin tahu yang mendalam, atau cinta kepada kebijaksanaan. Lalu bagaimanakah pandangan Al – Qur’an dan As – Sunnah tentang filsafat atau falsafah atau filosofia tersebut?. 

                 Menurut salah satu filosof Islam yaitu al-Kindi, filsafat merupakan pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu yang mengandung teologi (al – rububiyah), ilmu Tauhid, etika, dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Al-Kandi mengarahkan filsafat Islam ke arah persesuaian antara filsafat dan agama. Filsafat berlandaskan pikiran, sedangkan agama berdasarkan wahyu. Logika adalah model filsafat, sedangkan iman yang merupakan kepercayaan kepada hakikat-hakikat adalah jalan agama. Walaupun dia adalah filosof namun dia berpendirian bahwa hujjah – hujjah Al – Qur’an sangat menyakinkan, jelas, dan menyeluruh, sehingga dapat menimbulkan kepastian dan keyakinan. Karena itu, Al – Qur’an lebih mengungguli dalil – dalil yang dikemukakan para filosof.
Sebenarnya Al – Qur’an mendukung adanya filsafat yang ditandai dengan adanya ayat – ayat Al – Qur’an yang menyuruh manusia untuk menggunakan logikanya untuk berpikir dan berenung. Berikut adalah sebagian dari ayat – ayat Al – Qur’an nya yang menganjurkan :
“Tidakkah mereka perhatikan di atas mereka bagaimana ia Kami menjadikan serta hiasi dan tiada celah – celah padanya? Dan bumi Kami bentangkan serta letakkan di atasnya gunung – gunung dan Kami tumbuhkan padanya dari tiap pasangan yang indah?”. (Q.S.50:6-7).
“ Maka hendaklah manusia merenungkan dari apa ia diciptakan, ia diciptakan dari air yang ditumpahkan yang keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk”. (Q.S.86:5:7).
“Tuhanlah yang membuat laut bagimu tunduk agar padanya kapal – kapal berlayar atas perintah-Nya dan kamu cari karunia-Nya, semoga kamu berterima kasih. Ia buat segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi tunduk bagimu, semuanya adalah dari pada-Nya, padanya sungguh terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berpikir”. (Q.S.45:12-13).
Ayat – ayat tersebut mengandung perintah agar manusia memperhatikan, merenungkan dan memikirkan tentang segala sesuatu, diantaranya adalah langit, pencipta manusia, laut yang dapat dilayari dan sebagainya. Dengan demikian Al – Qur’an memerintahkan kepada manusia agar mempelajari filsafat, karena manusia harus membuat spekulasi atas alam raya ini dan merenungkan segala sesuatu yang ada.
Rasulallah SWA juga menganjurkan untuk berpikir dengan logika, seperti yang ada dalam percakapan Rasulallah ini dengan sahabat Nabi :
“Atas apa saya harus mendasarkan pertimbangan dan keputusan saya?”
“Atas Al – Qur’an.”
“Dan jika Al – Qur’an tidak mengatakan apa – apa?”
“Atas Sunnah”
“Dan jika Sunnah tidak mengatakan apa – apa?”
“Atas Ijma’ (kesepakatan) para sahabat.”
“Dan jika mereka tidak mengatakan apa – apa?”
“Atas akal – budimu sendiri.”
Dalam percakapan ini beliau mengatakan “Atas akal – budimu sendiri”. Dengan demikian beliau menyuruh kita untuk berpikir bilamana kita sudah tidak ada lagi panduan akan sesuatu.
Selain dari percakapan lain kita juga sering mendengar As – Sunnah yang menganjurkan kita untuk belajar atau menggali ilmu untuk kebenaran. Misalnya “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”.
Jika dikaitkan dengan artikel yang berjudul “Hedonisme dan Kerapuhan Karakter Bangsa” maka dapat dikatakan mereka yang melakukan hedonisme tidak banyak berpikir akan adanya Tuhan. Mereka tidak berpikir untuk apa rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Seharusya mereka dapat berpikir bahwa rezeki yang mereka dapat sesungguhnya dari Allah dan dipergunakan untuk kebaikan akan mereka, bukan untuk berpoya – poya dengan menghambur – hamburkan harta mereka. Lain lagi yang sebagian meraka merahi harta mereka dengan cara yang salah dan itu sangat dilarang oleh agama.
Dengan demikian, seharusnya mereka mulai berpikir untuk berbuat baik. Mereka diberi harta lebih mudah sebenarnya untuk mendapat pahala bila menggunakan hartanya dengan baik dibandingkan dengan orang yang tidak punya harta. Tetapi mereka yang mempunyai harta lebih banyak besar godaan untuk berbuat dosa juga. Oleh karena itu, mereka harus sadar bahwa ada Allah SWT dan bahwa kehidupan tidak abadi maka gunakanlah harta dan prilaku kita sebaik – baiknya agar tidak menyesal nanti di akhirat yang maha kekal. Kembalilah kejalan kebenaran yaitu jalan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar